Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) atau Pembelajaran Responsif Budaya adalah pendekatan pengajaran yang memperhatikan keberagaman budaya dan latar belakang peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki latar belakang budaya yang unik dan mempengaruhi cara belajar, berpikir, dan berinteraksi dari peserta didik tersebut. Pendekatan CRT bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak pada peserta didik sehingga peserta didik merasa dihargai, didukung, dan termotivasi untuk belajar.

Pentingnya pendekatan CRT dalam proses pembelajaran

  • Meningkatkan motivasi belajar: Ketika peserta didik merasa bahwa budayanya dihargai dan relevan dengan pembelajaran, peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar.
  •  Meningkatkan prestasi belajar: Peserta didik yang merasa memiiki hubungan dengan materi pembelajaran akan lebih mudah memahami dan mengingat konsep-konsep yang diajarkan.
  • Membangun hubungan yang positif antara guru dan peserta didik: Guru yang menerapkan pendekatan CRT akan lebih mudah membangun hubungan yang positif dengan peserta didik, karena menunjukkan penghargaan terhadap budaya peserta didik.
  • Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif: Pendekatan CRT membantu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif

Penerapan CRT dalam Pembelajaran pada Fase E Mapel Informatika

Tujuan Pembelajaran: peserta didik mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih sumber data yang valid dan relevan untuk mendukung pengembangan usaha keluarga di bidang pertanian, peternakan, dan pariwisata

Langkah-langkah pembelajaran

  1. Identitas diri peserta didik: meminta peserta didik mengisi angket singkat yang berisi pertanyaan tentang usaha keluarga peserta didik
  2. Pemahaman budaya: membagikan artikel tentang isu terkini dalam industri pariwisata, pertanian, atau peternakan yang relevan dengan kehidupan nyata peserta didik
  3. Kolaborasi: membagi peserta didik menjadi beberpa kelompok kecil yang heterogen berdasarkan minat dan latar belakang keluarga peserta didik. Setiap kelompok diberikan tugas mencari informasi tentang suatu topik yang relevan dengan minat peserta didik (contohnya: perkembangan pariwisata, teknologi pertanian modern, dan cara penanganan penyakit hewan ternak). Peserta didik berkolaborasi dengan kelompoknya, untuk mencari, mengevaluasi, dan mengajikan informasi yang ditemukan.
  4. Berpikir Kritis untuk Refleksi: Setelah presentasi kelompok di depan kelas, guru memfasilitasi diskusi kelas untuk mengevaluasi kualitas sumber data yang digunakan oleh masing-masing kelompok peserta didik. Peserta didik merefleksikan proses pencarian informasi dan menyimpulkan tips memilih sumber data yang valid
  5. Konstruksi Transformatif: membuat proyek akhir yang berfokus pada pengemabngan solusi untuk maslah yang dihadapi. Contohnya: membuat konten kreatif pada platform sosial media tentang promosi wisata  yang berada di tempat tinggal masing-masing peserta didik, membuat video edukasi tentang teknologi pertanian modern dan cara penanganan penyakit hewan ternak

Dengan menerapkan pendekatan CRT, tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak pada setiap peserta didik yang memiliki latar belakang budaya yang beragam.



Hubungan Pendekatan CRT dengan Tugas Guru dalam Merancang Pembelajaran



Pendekatan CRT sangat mempengaruhi semua aspek dalam merancang pembelajaran, mulai dari pemilihan materi pembelajaran hingga pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip CRT, guru dapat menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna bagi setiap peserta didik yang berasal dari beragam budaya.